SELAMAT DATANG DIINFO TENTANG KESEHATAN, DAPATKAN APA YANG ANDA CARI DISINI...ADA JUGA ARTIKEL LAIN (SPORT, LIVE STYLE, POLITIK, EKONOMI BISNIS, TEHNOLOGI, SELEBRITI DAN MASIH BANYAK LAGI

Minggu, 11 Maret 2012

Sekolah Burung Kicaupreneur


YOGYAKARTA, Namanya Sekolah Burung Kicaupreneur, tapi ini bukan tempat belajar burung-burung supaya bisa berkicau dengan merdu dan indah. Lantas, sekolah apakah? Ini adalah tempat belajar bagi mereka yang ingin mengisi waktu luang setelah bekerja atau bagi para pensiunan yang tak ada lagi aktivitas rutin bekerja. Kegiatannya, belajar membudidayakan burung berkicau.
Ridlo Aryanto, penggagas sekaligus pemilik Figas Birdfam semula hanya menggunakan model plasma untuk usaha dagangnya jual-beli kenari. Bukan sekadar kenari biasa tapi kelas kontes. Dan burung-burung dari tangannya sering meraih tempat terhormat di berbagai ajang kompetisi tingkat lokal maupun nasional.
''Sejak tahun 2008, kami mencoba mengembangkan budi daya sendiri untuk jenis kenari dan love bird. Dua jenis  tersebut sekarang sedang menjadi primadona terutama untuk lomba,'' ungkap mantan wartawan yang banting stir menjadi pedagang dan kini membuka Sekolah Burung Kicaupreneur.
Sekolahnya berlokasi di Pogung Lor Blok A No 5 Yogyakarta. Seluruh ruangan rumah mulai dari ruang tamu, kamar, kamar mandi, dapur dan tempat mencuci pakaian penuh burung. Tiada tempat tersisa. Dia, istri dan anak-anak bergaul akrab tiap hari bersama burung kenari, love bird dan beberapa jenis master seperti ciblek, gelatik wingko.
Ridlo sejak awal memang sudah meyakini inilah jalan hidup yang harus dia tempuh. Dunia wartawan dia tinggalkan setelah sekian tahun. Menjadi pengusaha, mandiri, membalik jalan hidupnya. Dari situlah dia bisa membeli rumah, mobil, menyekolahkan anak-anak secara layak.
Ketika pertama kali membuka sekolah burung, peminat cukup banyak. Bersama beberapa teman dia membuka kelas untuk teori yakni sebatas tatap muka dan satunya lagi kelas praktik, melihat sekaligus mempraktikkan budi daya secara langsung. Halaman rumahnya disulap menjadi kelas.
''Meskipun sederhana dan dalam suasana kekeluargaan tapi peminatnya malah banyak. Mereka lebih menyukai kelas praktik karena bisa langsung melihat dari dekat proses budi daya,'' timpal istrinya, Ruwiyati yang menjadi si tangan dingin mengurusi segala tetek-bengek anak-anak burung yang baru menetas.
Burung tak ubahnya manusia. Hewan tersebut perlu perlindungan dan perawatan maksimal setelah lahir. Ridlo dan istrinya menyediakan tempat khusus dengan pemanas bolam supaya anak-anak burung tetap hangat kendati tanpa induk. Mereka memperlakukan anak burung seperti anak manusia yang butuh perhatian, makanan, terhindar dari bahaya sampai tumbuh bulu dan siap mandiri.
Selama proses kelas praktik, Ridhlo menjelaskan sangat detil langkah-langkah awal memulai budi daya. Dia menjelaskan proses menjodohkan burung, kawin, masa bertelur hingga menetas. Setelah itu perawatan dari cindil sampai bulu utuh dan segera hidup sendiri.
''Anakan burung yang memperoleh perlakuan layaknya anak manusia bakal cepat tumbuh dan sehat,'' tandas Ruwiyati yang akan membeberkan rahasia memelihara dan merawat anakan dari bayi hingga dewasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar